Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 06 Februari 2015

DERMATITIS SEBOROIK

BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulo skuamos yang kronis, biasanya mudah di kenali. Penyakit ini umumnya pada bayi dan orang dewasa, dan seringkali berhubungan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala, wajah, maupun pada badan yang dapat memproduksi sebum (seborrhea).
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini sangat kompleks, sehingga belum ada penjelasan pasti mengenai hal tersebut. Telah banyak teori yang mengungkapkan hal ini. Akan tetapi, kemungkinan bisa di hubungkan dengan jamur pityrosporum (malassezia), maupun dapat di hubungkan dengan peningkatan aktivitas dari kelenjar sebasea.
Predileksi dari lesi dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada kulit kepala, pelipis, dan pada glabella. Juga dapat dijumpai pada lipatan nasolabial, lipatan retro auricular, meatus acustikus externa, daerah dada yang berbentuk V, dan daerah punggung. Lesi kulit Nampak dengan warna kuning sampai merah (eritema), sisik tebal dan berminyak, yang kadang juga disebut dengan steatoides ptiriasis, dan gatal.
Sampai saat ini pemberian anti jamur seperti itraconazole, miconazole, fluconazole, econazole, bifonazole, climbazole, dan ciclopyrox masih memberi respon yang baik sampai 90% pada dermatitis seboroik. Meskipun penyakit ini dapat kambuh kembali.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    DEFINISI
      Dermatitis seboroik adalah dermatosis papulo skuamos yang kronis, biasanya mudah di kenali. Penyakit ini umumnya pada bayi dan orang dewasa, dan seringkali berhubungan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala, wajah, maupun pada badan yang dapat memproduksi sebum (seborrhea).1,2
Penyakit ini juga biasa dikenal dengan nama dermatitis eczema. Keadaan ini terjadi pada sekitar 2-5 % kejadian populasi. Istilah dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. Kelainan ini pada kulit kepala umumnya dikenal sebagai ketombe pada orang dewasa dan (cradle cap) pada bayi.3
B.     EPIDEMIOLOGI
Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi penyakit ini diyakini lebih banyak ditemukan daripada psoriasis, misalnya, mempengaruhi minimal 2-5 % dari populasi. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada laki-laki usia 20an, sedangkan pada bayi terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan, dan juga bisa terjadi pada usia sekitar dekade keempat sampai ketujuh kehidupan. Prevalensinya 85 % pada pasien yang terinfeksi HIV.2
C.     ETIOPATOGENESIS
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini sangat kompleks, sehingga belum ada penjelasan pasti mengenai hal tersebut. Telah banyak teori yang mengungkapkan hal ini. Akan tetapi, kemungkinan bisa di hubungkan dengan jamur pityrosporum (malassezia), maupun dapat di hubungkan dengan peningkatan aktivitas dari kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea aktif pada saat lahir, namun ketika stimulasi androgen dari ibu berhenti, maka kelenjar sebasea akan menjadi tidak aktif pada usia 9-12 tahun..1,2,3
Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang berminyak (seborrhea), meskipun peningkatan produksi sebum tidak selalu dapat di deteksi pada pasien ini. Seborrhea merupakan faktor predisposisi terjadinya dermatitis seboroik. Meskipun ada kaitannya dengan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea pada produksi sebum, namun penyakit dermatitis seboroik bukanlah penyakit kelenjar sebasea. Karena, seborrhea hanya merupakan faktor predisposisi saja.1,3
Banyak pada orang dewasa yang memiliki kondisi wajah nampak kulit berminyak,  tetapi ketika tingkat ekskresi sebum dari kulit dahi diukur pada pasien dengan dermatitis seboroik, maka justru normal pada laki-laki, dan berkurang signifikan pada pasien wanita.3
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti psoariasis. Hal ini menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stress, emosional, infeksi, atau defisiensi imun. Kondisi ini dapat diperburuk dengan meningkatnya keringat.1
Sedangkan pada jamur malassezia Spp merupakan mikroorganisme yang bergantung pada lipid dan beradaptasi pada kulit yang kaya akan sebum. Namun, kemungkin ada korelasi antara metabolit malassezia dan tingkat infeksi, khususnya iritasi pada metabolisme asam lemak bebas,4
Malassezia tidak hanya ada pada permukaan kulit semata, akan tetapi juga ada pada stratum korneum. Malassezia yang paling sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik adalah M.Globosa, dan M.Restricta. keduanya merupakan ragi komensal yang membutuhkan sumber oksigen lipid.5
Pada penderita dermatitis seboroik, sel T helper, phtohemaglutinin, stimulasi concanavalin, dan titer antibody mengalami penurunan dibandingkan dengan orang normal. Kontribusi Malassezia pada dermatitis seboroik kemungkinan akibat dari aktivitas lipase, pelapasan inflamatori asam lemak bebas, dan kemampuannya dalam mengaktifkan jalur alternatif komplemen lipase. Pada pasien dermatitis seboroik juga memperlihatkan peningkatan regulasi interferon γ, dan interleukin-6, interleukin-1a, dan interleukin-4. Ekspresi dari sitotoksik mengaktifkan ligan dan natural killer sel (NK Cell).5,6
Malassezia_globosa_01.jpeg gambar 1: Malassezia glabosa
(dikutip dari: greener journal of microbiology and antimicrobial)

D.    GEJALA KLINIS
Predileksi dari lesi dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada kulit kepala, pelipis, dan pada glabella. Juga dapat dijumpai pada lipatan nasolabial, lipatan retro auricular, meatus acustikus externa, daerah dada yang berbentuk V, dan daerah punggung. Lesi kulit Nampak dengan warna kuning sampai merah (eritema), sisik tebal dan berminyak, yang kadang juga disebut dengan steatoides ptiriasis. Pada pasien juga akan didapati keluhan gatal pada lesi, terutama pada bagian kulit kepala dan pada bagian telinga.1
Pada daerah kepala biasanya diawali dengan munculnya ketombe, Gambaran lesi selanjutnya dengan folikular, dan perifolikular eritema secara bertahap meluas dan membentuk patch dengan tepi yang tegas, dan lesi yang tampak pada kulit kepala biasanya akan melampaui garis rambut frontal. Pada daerah retro auricular atau bagian belakang telinga biasanya nampak eritema (kemerahan) dan skuama yang berminyak. Lesi pada dermatitis seboroik dapat meluas ke daerah sekitarnya yang berdekatan, seperti pada daerah periauriculer, dan dapat meluas ke daerah leher.2
Bentuk skuama pada dermatitis seboroik yang ringan biasanya hanya nampak bercak kecil dan berskuama halus dan terdapat ketombe pada daerah kepala. Rambut yang memiliki lesi cenderung akan rontok, mulai dari bagian vertex dan frontal. Pada keadaan yang telah memberat, seluruh kepala akan tertutup oleh krusta-krusta kotor dan berbau tak sedap.1,2


 
gambar 2: (kanan) tanda dermatitis seboroik pada dahi. (kiri) tanda dermatitis seboroik pada punggung atas.
Dikutip dari: Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine.1
 
Gambar 3: (kanan) tanda dermatitis seboroik pada daerah tengah dada. (kiri) tanda dermatitis seboroik pada daerah ketiak.
Dikutip dari: Rook’s Text book of dermatology 8 edition.2
E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Histopatologi
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis atau psoriasis. Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit. Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis. Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. Pada dermatitis seboroik akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat folikuler.1,5,6
F.      DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dermatitis seboroik, antara lain sebagai berikut:1,2,3,
1. Psoriasis
Predileksi didaerah eksentor ( lutut, siku dan punggung ) dan kulit kepala. Dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih seperti mutiara dan tak berminyak disertai tanda tetesan lilin dan auspitz. Selain itu ada gejala yang khusus untuk psoriasis.3,4,5 

2. Pitiriasis rosea
Distribusi kelainan kulit simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal anggota badan.skuamanya halus dan tidak berminyak. Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit.1,2,3,4,5
3. Tinea
Tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai kerion. Pada tinea kapitis dan tinea kruris, eritem lebih menonjol dipinggir dan pinggirnya lebih aktif dibandingkan tengahnya.1,4,5,6,7
4. Dermatitis Atopik Bentuk Infantil yang menyerupai dermatitis seboroik wajah
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus, berbeda dengan dermatitis seboroik yang skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis atopik dapat terjadi likenfikasi.1,2,3,7,8,9
5. Kandidosis menyerupai Dermatitis Seboroik. pada lipatan paha dan perianal.
Perbedaannya kandidosis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit disekitarnya. Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan dermatitis seboroik jika mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora atau pseudohifa.1,6,10,11,12
Gambar 4: tabel diagnosis banding
(Dikutip dari: Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine.1)

G.    PENATALAKSANAAN
Umumnya pengobatan pada dermatitis seboroik adalah bertujuan untuk menghilangkan skuama dan krusta, dan juga menginhibisi koloni jamurnya.1,2,3,5.6
Pada kulit kepala bisa diberikan shampoo yang mengandung:
-          Selenium sulfide 1.0-2.5%
-          Ketoconazole 2%
-          Asam salisilat
Pada wajah dan badan bisa diberikan kortikosteroid topikal dengan potensi rendah seperti hidrokortison 1%. Untuk keluhan gatal pada pasien, bisa diberikan antihistamin 1 generasi 2 yakni cetirizine, loratadine, faksofenadine, ataupun astamizole.1
Untuk anti jamur, pada sebuah studi dijelaskan bahwa dilaporkan sekitar 64-90% dengan respon yang baik setelah 4 minggu. Dimana pada uji tersebut diberikan imidazole (itraconazole, miconazole, fluconazole, econazole, bifonazole, climbazole, ciclopyrox).
Namun, ketokonazole cream 2% dilaporkan sangat efektif pada pengobatan dermatitis seboroik, dengan masa remisi yang lebih lama.1,5,6,11,12

Pada Bayi:
1. Kulit kepala
Pengobatan terdiri dari 3-5% asam salisilat dalam minyak zaitun atau air, diaplikasikan emollient dengan glukokortikosteroid dalam cream atau lotion selama beberapa hari, sampo bayi, perawatan kulit yang teratur dengan emollient, cream, dan pasta.1,2,3
2. Area intertriginosa
Pengobatan meliputi lotion pengering, seperti 0,2-0,5 % clioquinol dalam zinc lotion atau zinc oil. Pada kandidiasis lotion atau cream nistatin atau amphotericin B dapat dicampur dengan pasta lembut.
Pada dewasa
1.      kulit kepala
Dianjurkan sampo yang mengandung selenium sulfide, imidazoles, zinc pyrithion, benzoylperoxide, asam salisilat, tar atau deterjen. Keraknya dapat diperbaiki dengan pemberian glucocorticosteroid pada malam hari, atau asam salisilat dalam larutan air. Tinctura, larutan alkohol, tonik rambut, dan produk sejenis biasanya memicu terjadinya inflamasi dan harus dihindari.1,2,4
2.      Wajah dan badan
Pasien harus menghindari salep berminyak dan mengurangi penggunaan sabun. Larutan alkohol, penggunaan lotion sebelum dan sesudah cukur tidak dianjurkan. Glucocorticosteroid dosis rendah (hydrocortison) cepat membantu pengobatan penyakit ini, penggunaan yang tidak terkontrol akan menyebabkan dermatitis steroid, rebound phenomenon steroid, steroid rosacea dan dermatitis perioral.1,2,3,4
Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien dengan AIDS. Sehingga merupakan salah satu lesi tanda dan harus lebih hati-hati dalam menangani pasien dengan resiko tinggi.1,2,3,4
3.      Antifungal
Pengobatan antifungal seperti imidazole dapat memberikan hasil yang baik. Biasanya digunakan 2 % dalam sampo dan cream. Dalam pengujian yang berbeda menunjukkan 75-95 % terdapat perbaikan. Dalam percobaan ini hanya ketokonazol dan itakonazol yang diteliti, imidazole yang lain seperti econazole, clotrimazol, miconazol, oksikonazol, isokonazol, siklopiroxolamin mungkin juga efektif. Imidazol seperti obat antifungal lainnya, memiliki spektrum yang luas, anti inflamasi dan menghambat sintesis dari sel lemak.1,2,6
4.      Metronidazol
Metronidazol topikal dapat berguna sebagai pengobatan alternatif untuk dermatitis seboroik. Metronidazol telah berhasil digunakan pada pasien dengan rosacea. Tidak ada studi yang formal, dan obat ini hanya terdaftar sebagai pengobatan untuk rosacea. Rekomendasi ini berdasarkan pengalaman pribadi.1,5,6
Pengobatan sistemik
Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder diberi antibiotik. Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.1,6,8
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.2,
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.
Pengobatan topikal
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 – 3 kali scalp dikeramasi selama 5 – 15 menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk dermatitis seboroik. ialah :1,2,6,8,9
- ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar
- resorsin 1-3%
- sulfur praesipitatum 4 – 20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3 - 6%
- Kortikostreroid, misalnya krim hidrokortison 2½ %. Pada kasus dengan inflamasi yang berat dapat dipakai kostikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena efek sampingnya.
- Krim ketokonasol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak P.ovale. Malassezia. Obat-obat tersebut sebaiknya diapakai dalam krim.

H.    PROGNOSIS
Biasanya penyakit dermatitis seboroik berlangsung selama bertahun-tahun. Penyakit ini juga dapat kambuh kembali. Lesi dapat meluas sebagai akibat dari pengobatan topikal yang tidak benar.1

BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis seboroik merupakan dermatosis papulo squama yang kronis serta mudah dikenali. Bisa terjadi pada bayi dan dewasa dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea) dari kulit kepala serta folikel yang banyak mengandung kelenjar subasea dari wajah.
Dermatitis seboroik dapat di jumpai pada 2 keadaan usia yang berbeda dalam kehidupan, yang pertama adalah pada masa bayi, yakni pada 3 bulan pertama kehidupan, dan yang kedua adalah sekitar dekade ketujuh kehidupan. Tidak ada data yang akurat pada data dari dermatitis seboroik pada bayi. Pada orang dewasa diyakini lebih banyak dari kasus psoriasis. Pria teridentifikasi lebih sering mengalami dermatitis seboroik dari pada perempuan di semua kelompok umur. Tidak ada kecenderungan yang mengarah pada jenis ras. Dermatitis seboroik ditemukan pada 85 % pasien yang terinfeksi HIV.
Dermatitis seboroik disebabkan meningkatnya status seboroika yaitu aktivitas kelenjar sebasea yang hiperaktif sehingga sekresi sebumnya meningkat. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi dapat serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit lain sebagai diferensial diagnosis. Psoriasis misalnya juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang disamakan dengan dermatitis seboroik, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami penebalan pada psoriasis.
Tujuan utama dari terapi dermatitis seboroik adalah mengontrol gejala yang ditimbulkan, karena pada saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Berbagai terapi yang digunakan untuk dermatitis seboroik adalah menggunakan kortikosteroid ringan, antijamur, imunomodulator, dan shampoo.
Meskipun kortikosteroid ringan lebih efektif dalam mengontrol gejala, namun penyakit ini bisa kambuh dengan cepat bila terapi steroid dihentikan. Anti jamur bisa dipertimbangkan untuk digunakan sebagai terapi utama. Karena dermatitis seboroik adalah suatu penyakit yang kronis dan dapat kambuh.















DAFTAR PUSTAKA
1.      Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilcrhest BA, Paller AS, Leffel DJ.. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7th. Vol 1& 2. New York; USA: Mc Graw Hill: 2008. P: 257-262
2.      Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Text book of dermatology. 8th. U.K: Blackwell publishing: 2010. P:1013
3.      James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s disease of the skin: clinical dermatology. 10th. Canada: Elsevier. 2006. P: 202
4.      Asthiani HA, Rastegar H, Aghei M, Ehsani A, Barikbin B. Clinical efficacy of natural formulated shampoo in subjects with dandruff and seborrheic dermatitis. American journal and research community.
5.      James Q, Rosso D. Adult seborrheic dermatitis.pubmed:2011
6.      Selden ST, James WD. Seborrheic dermatitis.Medscape: 2014
7.      Naldi L, Rebora A. Seborrheic dermatitis.NEJM: 2009
8.      Jhonson BA, Nunley JR. Treatment of seborrheic dermatitis.AAFP: 2000
9.      Khondker L, Wahab MA, Shirin S. Safety of oral itraconazole in the treatment of seborrheic dermatitis.Journal of Pakistan association of dermatology:2011
10.  Charles E. Pimecrolimus: a new treatment of seborrheic dermatitis. Vol.70. journal of Minneosta university:2002
11.  Scwhartz JR, De angelis YM, Dawson TL. Dundruff and seborrheic dermatitis.2007
12.  Khondker L, Choudhury AM, Wahab MA, Khan MSI. Efficacy of Oral Itraconazole in the Treatment of Seborrheic Dermatitis. Vol.29. No.4. Journal of Bangladesh College of Physicians and Surgeon.

13.  Isa S, Sa’ad H, Umar MF, Maikudi MM. Isolation and identification of Malassezia glabosa, associated with dandruff among female students of Gombe state University. Vol.1. Greener journal of microbiology and antimicrobials. 2013

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates